Today.co.id – Kebanyakan makan garam memang bisa menyebabkan seseorang terkena hipertensi. Tetapi sebenarnya faktor tersebut hanyalah satu dari sekian banyaknya resiko anda terkena kondisi tekanan darah tinggi.
Bahkan beberapa penyakit tertentu pun bisa saja memicu munculnya hipertensi, sekalipun anda sudah menjalani gaya hidup dan pola makan yang sesuai.
Jenis yang terparah adalah ketika tekanan darah anda mencapai angka 180/120 mmHg. Pada tahap ini, maka resiko terkena serangan jantung dan stroke pun akan semakin meningkat drastis.
Sayangnya, kebanyakan orang yang mengalami tekanan darah tinggi cenderung tidak memiliki gejala apapun, sehingga akan sulit untuk diobati sedini mungkin. Barulah ketika hipertensi anda sudah dalam tahap sedang atau parah, maka beberapa gejala pun bisa bermunculan seperti sakit kepala, meningkatnya detak jantung, pusing, dan lain sebagainya.
Jika tidak diobati, maka tekanan darah 180/120 atau lebih bisa menyebabkan kematian hingga 80% dalam kurun waktu satu tahun, atau dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata hanya sepuluh bulan saja. Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan dan tidak diobati juga dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kebutaan, dan penyakit ginjal.
Maka dari itulah, pastikan anda untuk rutin memeriksakan tekanan darah jika dirasa memiliki beberapa faktor resiko dan penyebab hipertensi di bawah ini.
-
Kebanyakan Makan Garam
Garam dalam makanan sebenarnya bertugas dalam membantu menyeimbangkan kadar cairan, membantu saraf mengirimkan impuls, dan memungkinkan otot kita (termasuk jantung kita) untuk berkontraksi dan rileks di waktu yang semestinya.
Tetapi terlalu banyak asupannya malah dapat meningkatkan tekanan darah, yang mana kondisi tersebut merupakan faktor resiko utama penyakit jantung dan stroke.
Pola makan tinggi akan garam cenderung mengganggu keseimbangan natrium alami dalam tubuh. Kondisi ini nantinya akan menyebabkan retensi cairan sehingga meningkatkan tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah anda.
Seiring waktu, asupan garam yang berlebihan tersebut dapat memicu hipertensi, yang mana membuat pembuluh darah menjadi kaku dan sempit. Aliran darah dan oksigen ke organ utama menjadi menurun, dan jantung pun harus berusaha lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Pada kondisi inilah anda beresiko terkena serangan jantung.
Sebaliknya, dengan mengurangi asupan natrium maka mampu menurunkan tekanan darah dan membantu mencegah terkena penyakit kardiovaskular yang mematikan.
-
Mengalami Stres
Tubuh anda cenderung menghasilkan lonjakan hormon ketika berada dalam situasi stres. Hormon-hormon tersebut untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah dan membuat jantung berdetak lebih cepat. Pembuluh darah anda pun akan menyempit di saat yang bersamaan.
Ditambah lagi, stres bisa membuat anda merasa cemas. Sementara kecemasan bisa membuat detak jantung anda naik secara cepat. Pada saat yang sama, ventrikel (bilik) jantung bisa berkontraksi lebih kuat, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di sana.
Secara khusus, gangguan mental tersebut dapat menyebabkan hipertensi dengan cara meningkatkan tekanan darah berulang, serta akibat adanya stimulasi pada sistem saraf untuk menghasilkan sejumlah besar hormon vasokonstriksi yang memicu hipertensi.
-
Faktor Turunan
Pada dasarnya, anggota keluarga kita senantiasa berbagi gen, perilaku, gaya hidup, dan lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan resiko penyakit tertentu. Hipertensi termasuk ke dalam salah satu penyakit yang bisa dihasilkan dari faktor genetik tersebut.
Jadi, jika orang tua anda pernah atau tengah menderita hipertensi, maka anda pun memiliki resiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi tersebut – sekarang atau di kemudian hari.
Salah satu gen yang bertanggung jawab akan faktor resiko yang satu ini adalah AGT. Memiliki kepanjangan angiotensinogen, AGT bahkan merupakan gen pertama yang menunjukkan hubungan dengan hipertensi esensial atau primer pada manusia.
Meskipun kita tidak akan bisa mengubah faktor genetik dalam tubuh, tetapi masih bisa mengurangi resiko hipertensi dengan cara tidak merokok, mengurangi asupan garam, rajin berolahraga, dan mengontrol stres dari waktu ke waktu.
-
Sering Mager
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak atau mager merupakan faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).
Misalnya, orang yang kurang aktif dan kurang fit secara fisik memiliki frekuensi (kemungkinan) terkena hipertensi sebanyak 30%-50% lebih besar daripada mereka yang selalu aktif dan rajin berolahraga.
Bahkan sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal HHS Author Manuscript menyebutkan bahwa dengan mengurangi waktu duduk harian (aktivitas mager) cenderung bisa mengurangi tekanan darah dan resiko terkena penyakit kardiovaskular.
-
Merokok
Sementara asap rokok sendiri bisa merugikan kesehatan diri dan orang-orang di sekitar anda, akan tetapi nikotin diduga sebagai penyebab paling utama seseorang mengembangkan berbagai macam penyakit kronis, termasuk hipertensi.
Zat berbahaya tersebut akan meningkatkan tekanan darah, detak jantung, mempersempit arteri, serta mengeraskan dinding arteri, sehingga membuat darah menjadi lebih menggumpal. Kemudian, kondisi tersebut akan menekan jantung dan memicu serangan jantung atau stroke.
Fakta lain juga menyebutkan bahwa merokok satu batang per hari saja sudah bisa meningkatkan detak jantung sebanyak 14% dan tekanan darah sebesar 6%. Reaksi ini mungkin disebabkan oleh peningkatan konsentrasi plasma adrenalin dan noradrenalin saat anda menghisap asap pembunuh tersebut.
Tidak ada cara yang lebih baik selain menghentikan kebiasaan buruk yang satu ini. Bahkan hanya dalam waktu 20 menit setelah berhenti merokok saja, maka detak jantung dan tekanan darah anda akan turun mendekati level normal.
-
Berbadan Gemuk dan Obesitas
Obesitas secara umum beresiko menurunkan tonus parasimpatis dan meningkatkan aktivitas simpatis. Perubahan aktivitas otonom ini kemudian dikaitkan dengan peningkatan denyut jantung, penurunan variabilitas denyut jantung, berkurangnya sensitivitas barorefleks, serta memicu munculnya hipertensi.
Inilah salah satu alasan kenapa orang dengan berat badan ideal cenderung lebih sehat dibandingkan dengan individu berbadan gemuk.
Jadi, jika anda memiliki kelebihan berat badan, maka dengan mengurangi berat badan sebanyak 2,3 kg saja sudah bisa menurunkan tekanan darah. Tetapi saat anda tengah menjalani diet menurunkan berat badan, pastikan untuk mengurangi dosis obat hipertensi, atau berhenti mengonsumsinya secara total. Bicarakan dengan dokter sebelum melakukannya.
-
Kurang Mendapatkan Asupan Kalium
Secara singkatnya, semakin banyak kalium yang anda makan, maka semakin banyak pula natrium yang dikeluarkan melalui proses urinitas.
Meningkatkan asupan kalium melalui makanan tentunya lebih dianjurkan daripada melalui suplemen, terutama bagi orang dewasa dengan tekanan darah di atas 120/80.
Beberapa jenis makanan sumber kalium yang disarankan bagi para penderita hipertensi diantaranya pisang, tomat, bayam, dan ubi manis.
Misalnya, satu studi secara khusus mengatakan bahwa asupan dua pisang sehari dapat menurunkan tekanan darah hingga 10 persen.
-
Menderita Penyakit Tertentu
Hipertensi juga seringkali bisa muncul sebagai bagian komplikasi, efek samping, dan gejala dari beberapa penyakit tertentu. Jenis kondisi tekanan darah tinggi ini kemudian dikenal dengan sebutan hipertensi sekunder.
Meskipun begitu, hipertensi sekunder bisa datang dengan tiba-tiba dan menyebabkan lonjakan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Baca Juga 10 tanda Terkena Lupus, Salah Satu Gejalanya Sangat Mengancam Jiwa
Adapun beberapa penyakit yang menyebabkan tekanan darah anda melonjak naik diantaranya adalah sebagai berikut:
- Apnea tidur obstruktif.
- Penyakit ginjal.
- Tumor kelenjar adrenal.
- Masalah tiroid.
- Cacat tertentu yang dialami semenjak lahir (bawaan) pada pembuluh darah.
Selain penyakit, obat-obatan yang seharusnya mengatasi penyakit anda pun bisa memicu tekanan darah tinggi, misalnya:
- Obat-obatan umum termasuk pil KB, obat flu, dekongestan, pereda nyeri, dan beberapa obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter.
- Obat-obatan terlarang, seperti kokain dan amfetamin.
Untuk mengatasi hipertensi sekunder, maka anda harus berfokus pada penyakit yang mendasarinya. Dengan begitu, hipertensi sekunder akan turun dengan sendirinya, meskipun terkadang membutuhkan pengobatan dari para ahli kesehatan.
Respon (2)